Munir
Said Thalib adalah seorang aktivis kemanusiaan yang sangat aktif memperjuangkan
hak-hak orang tertindas. Selama hidupnya, Ia selalu berkomitmen membela siapa
saja yang haknya terzalimi. Munir dan sosok humanisnya terlihat ketika ia
mendapatkan hadiah ratusan juta rupiah sebagai penerima "The Right
Livelyhood Award,". Lalu, Munir tak segan membagikan seluruh hadiahnya
kepada Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan (KontraS) dan ibunda tercinta.
Salah
satu sosok yang dikenal di dunia Internasional ini, lahir di Malang, Jawa Timur
pada 8 Desember 1965 dan wafat
pada 7 September 2004. Munir melanjutkan studi masternya di
bidang hukum di program studi master (S2) di Universitas Utrecht. Munir melakukan
penerbangan dari Jakarta ke
Amsterdam, Belanda. Saat transit di Singapura, ia wafat karena mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi racun arsenik.
Namun
sangat disayangkan, sampai saat ini kasus kematian Munir menyisakan banyak
pertanyaan yang belum terjawab. Kasus ini pun menjadi salah satu agenda pada
masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu, presiden
SBY telah menyatakan bahwa kasus kematian Munir merupakan “a test of our
history”. Untuk mengungkap kasus kematian Munir, presiden pun menyatakan
bahwa semua pihak yang terlibat dalam kasus Munir harus diproses secara hukum.
Proses
hukum yang tidak kunjung selesai ini, membuat banyak pihak seperti Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menaruh perhatian lebih
terhadap kasus Munir. Karena kasus Munir ini tampak begitu banyak halang
rintangnya, dan terkesan ditutup-tutupi oleh beberapa oknum. Munir adalah sosok
yang disenangi oleh masyarakat, namun cukup dibenci beberapa oknum. Karena
pemikirannya yang berbeda dari masyarakat umum lainnya.
Penyusunan
buku ini adalah sebuah upaya untuk menghadirkan jejak keprihatinan, refleksi,
harapan, intensi, semangat, ideologi, cita-cita, opini atau misi yang
dinyatakan oleh Munir baik eksplisit maupun implisit secara lebih komprehensif.
Beberapa
warisan pemikiran Munir seperti hak perlindungan pekerja, memori sejarah serta
politik persahabatan terinspirasi dari pemikiran Walter Benjamin, seorang
pemikir teori kritis dalam Mazhab Frankfurt. Pembahasan tentang memori sejarah
serta politik persahabatan, mengadopsi dari buah pemikiran Aristoteles dalam
Etika Nikomakhea. Warisan pemikiran yang mungkin sebagai penyebab dari
kebencian para oknum kepada Munir.
Selain itu, buku
ini mencoba untuk mengadakan pembacaan kembali terhadap beberapa gagasan yang
berhubungan dengan aktivitas Munir sebagai human rights defender dan human
rights thinker, latar belakang
keluarga dan tonggak-tonggak kehidupan Munir, gambaran awal bagaimana karakter
Munir terbentuk, lalu dalam buku ini juga membicarakan aktivitas Munir dalam
dunia perburuhan, yaitu paparan sepak terjang Munir sejak ia bergabung bersama
LBH Pos Malang dan LBH Surabaya, aktivisme Munir ketika ia hijrah ke YLBHI
Jakarta dan mulai menangani berbagai kasus pelanggaran HAM juga diceritakan
disini.
Dalam
buku juga tidak lupa diceritakan sedikit romantisme yang terjalin antara Munir
dengan sang istri tercinta Suciwati sebelum mereka melangkah ke pelaminan. menelusuri
jejak-jejak pemikiran Munir yang tersebar di berbagai makalah atau artikel yang
membahas berbagai hal seperti kekerasan Negara, militerisme, impunitas,
demokrasi, supemasi sipil, penegakan HAM dan hukum media massa, dan
kepemimpinan masa depan.
Buku ini
terinspirasi dari empat buku yang mengulas jejak-jejak kehidupan Munir, yaitu Munir,
Sebuah Kitab Melawan Lupa, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Bunuh Munir!
Sebuah Buku Putih, dan Membangun Bangsa Menolak Militerisme: Jejak
Pemikiran Munir (1965-2004). Hal yang membuat buku ini menarik adalah, kita dapat
merasakan secara gamblang dan jelas sosok Munir sebenarnya di sini.
Sebagai pemuda kita harus memiliki jiwa seperti Munir yang menjunjung tinggi
jiwa keadilan.
Penyusun: Tim Redaksi LP3ES
ISBN: 9789793330723
Jumlah halaman: 187
ukuran: 15.5 x 23 cm
Penerbit: Pustaka LP3ES
ISBN: 9789793330723
Jumlah halaman: 187
ukuran: 15.5 x 23 cm
Penerbit: Pustaka LP3ES
Tahun terbit: September 2007
(Melinda Luthfianna)
Sumber : http://www.journoliberta.com/2015/04/mengenal-munir-dan-pemikirannya.html
0 komentar:
Posting Komentar